METAMORFOSIS

:::Hanya catatan kecil & kliping artikel:::

More About Me...

hanya seorang anak manusia yang sedang belajar memaknai hidup, tapi ada yang pernah bilang "jangan hanya bisa mencari makna, tapi lakukan sesuatu untuk menemukannya", dan ada lagi yang bilang bahwa manusia yang hanya berorientasi pada makna maka dia akan selalu terjebak di masa lalunya dan selalu ragu dengan masa depannya. akhirnya saya memutuskan untuk menjalani hidup apa adanya, biar lebih hidup!

Another Tit-Bit...

seseorang pernah mengatakan "kalo ada sesuatu yang bisa dilakukan sekecil apapun, jika diawali dengan baik mungkin hasilnya akan besar"

Jebakan Pendidikan

perguruan tinggi

“Jebakan” pendidikan tinggi semakin mengkhawatirkan. Angka lulusan perguruan tinggi yang menjadi pengangguran naik dua kali lipat dari 5,7 persen pada 2004 menjadi 11,4 persen pada 2008. Pada 2004 lulusan perguruan tinggi 500 ribu orang, pada 2008 dua kali lipatnya jadi 1,1 juta orang. Jadi bisa dipastikan bahwa pasar tenaga kerja tetap stagnan sementara pasokan tenaga kerja berpendidikan tinggi semakin tinggi.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah mengutamakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja seperti dicontohkan Jepang.

”Membaca kebutuhan publik sangat penting, sehingga seperti di Jepang, pemerintah patut mengatur prioritas industri dengan didukung lembaga pendidikannya,” ujar Sekretaris Menteri Negara Riset dan Teknologi Benyamin Lakitan.

Salah satu contoh tidak relevannya dunia pendidikan adalah sebagai negara agraris, tapi dunia pendidikan agrarisnya merosot.

Akibat “Jebakan” Pengangguran Berlipat
Jakarta, Kompas - Tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi semakin meningkat akibat ”jebakan” pendidikan, karena para lulusan itu dibiarkan bersekolah, tetapi sulit mendapat pekerjaan. Dari tahun 2004, persentase pengangguran lulusan perguruan tinggi mencapai 5,7 persen dan berlipat dua pada 2008 menjadi 11,4 persen.

Demikian dikatakan Sekretaris Menteri Negara Riset dan Teknologi Benyamin Lakitan, Sabtu (1/11), di sela pembukaan Indonesia-Jepang Expo 2008 di arena Pekan Raya Jakarta Kemayoran, Jakarta.

”Upaya mencetak makin banyak tenaga terdidik memang penting, tetapi relevansi pendidikan jauh lebih penting,” kata Benyamin. Pada 2004, jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi sekitar 500.000 orang. Tahun 2008 menjadi dua kali lipatnya, 1,1 juta orang.

Menurut Benyamin, Jepang patut dicontoh. Pendidikan yang dikembangkan di sana sangat relevan dengan tujuan.

Pada salah satu sambutan pembukaan Indonesia-Jepang Expo 2008 yang diselenggarakan atas kerja sama Harian Kompas dan Nikkei dari Jepang, Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama mengatakan, salah satu pemicu perkembangan yang membawa kemajuan pesat di Jepang adalah Restorasi Meiji.

Salah satu pesan penting dari Restorasi Meiji, seperti diutarakan Benyamin, pentingnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan. ”Restorasi Meiji pemicu majunya teknologi melalui pendidikan yang relevan dengan tujuan, yaitu pendidikan dengan materi keilmuan dari dunia Barat kala itu,” kata Benyamin.

”Salah satu langkah dasar yang harus dibenahi di Indonesia saat ini adalah pengembangan riset keilmuan. Dikotomi riset dasar dan terapan seharusnya dihilangkan dan diubah menjadi curiousity driven research (riset mencari tahu) dan goal oriented researh (riset berorientasi tujuan),” kata Benyamin.

Indonesia sebagai negara agraris, tetapi dunia pendidikan agrarisnya justru merosot. Ini bukti lemahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan publik.

”Membaca kebutuhan publik sangat penting, sehingga seperti di Jepang, pemerintah patut mengatur prioritas industri dengan didukung lembaga pendidikannya,” ujar dia.

Pada zaman Meiji, saat terjadi pergolakan mencari identitas nasional (1885-1895), para generasi mudanya memutuskan mendalami berbagai kemajuan dunia Barat melalui pendidikan dengan mengedepankan tradisi Jepang.

Keandalan pengembangan nilai-nilai lokal Jepang saat ini sebetulnya diturunkan Jepang di Indonesia. Salah satunya, seperti disinggung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan kegiatan Indonesia-Jepang Expo 2008, adalah program Jogjatic di Yogyakarta: konsep satu desa satu produk.

Produk tersebut berasal dari potensi dan kearifan lokal un- tuk tujuan ekspor ke Jepang. Presiden ketika itu mengimbau supaya program Jepang ini diperluas ke wilayah provinsi lainnya. (NAW)

erwin — November 12, 2008 / 4:49 pm / mybusinessblogging.com

0 comments:

Post a Comment