
Permintaan untuk Tujuan Spekulatif Diperketat
Kompas - Kamis, 13 November 2008 | 00:27 WIB
Bank Indonesia menerbitkan peraturan tentang pembelian valuta asing di atas ekuivalen 100.000 dollar AS. Pembelian valas harus untuk tujuan bisnis yang riil. Peraturan ini diberlakukan pada bank dan berlaku hari ini, Kamis (13/11).
Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan BI No 10/28/2008. Peraturan tersebut mengatur pembelian valuta asing yang jumlahnya di atas angka 100.000 dollar AS per bulan atau pembelian valuta asing (valas) lainnya dengan ekuivalen di atas 100.000 dollar AS per bulan.
Untuk pembelian valuta asing di atas angka itu, harus dijelaskan keperluannya. Misalnya, harus dijelaskan apakah permintaan valas itu untuk membiayai impor, membayar utang dan transaksi lain yang benar-benar dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan bisnis (underlying transaction).
Pihak pembeli valas harus memperlihatkan dokumen terkait kepada bank. Khusus bagi nasabah individu dan badan hukum Indonesia, setiap pembelian valas diharuskan menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Deputi Gubernur Senior BI Miranda S Goeltom mengatakan, peraturan baru itu bertujuan menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan valas, mengurangi tekanan pada kurs rupiah, dan meminimalkan pembelian valas yang bersifat spekulatif.
Peraturan ini, kata Miranda, tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang dianut Indonesia. Setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.
Ditegaskan, ketentuan ini hanya sebatas mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan memenuhi persyaratan tertentu, tanpa membatasi kebebasan penggunaan devisa.
Kebijakan tersebut, lanjut Miranda, bermaksud memperkuat kehati-hatian bank melalui penerapan prinsip mengenal nasabah. Dengan demikian, transaksi valas yang dilakukan nasabah bank memiliki tujuan jelas dan bermanfaat bagi sektor riil.
Kurs rupiah melemah
Dalam perdagangan di pasar spot antar-bank domestik, Rabu, kurs rupiah melemah menjadi Rp 11.550 per dollar AS atau turun Rp 450 per dollar AS dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Pada transaksi di Bank Indonesia, kurs tengah rupiah ditutup di level Rp 11.521 per dollar AS, melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang sebesar Rp 11.163 per dollar AS. Rupiah cenderung terus melemah dalam dua pekan terakhir.
Pelemahan rupiah tak hanya dipicu oleh keluarnya modal asing tetapi juga meluasnya aksi spekulatif yang memanfaatkan keterbatasan pasokan dollar AS di dalam negeri.
Bukan hanya Indonesia, berbagai negara berkembang juga kini mengalami masalah akibat terimbas krisis ekonomi global dalam berbagai bentuk. Presiden Bank Dunia Robert Zoellick, Rabu, di Washington, mengatakan, banyak negara yang kesulitan mendapatkan kredit untuk membiayai perekonomian.
Hal ini disebabkan terjadinya kesulitan mendapatkan kredit dari perbankan global, serta mengeringnya sumber permodalan dari pasar, termasuk investor global. ”Hal ini termasuk memberi dampak pada berbagai negara, termasuk negara yang menjalankan kebijakan ekonomi berhati-hati seperti Indonesia dan Meksiko. Karena itu Bank Dunia menghadapi peningkatan permintaan bantuan dari negara berkembang,” kata Zoellick.
Isu ini telah menjadi keprihatinan dunia, mulai dari Uni Eropa ke Jepang, hingga Amerika Latin. Karena itu kelompok G-20 akan berkumpul di Washington untuk membahas cara mengatasi krisis ekonomi global, yang ditandai dengan penurunan aktivitas bisnis dan anjloknya perolehan laba korporasi global.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan berangkat dari Jakarta hari ini dan kembali pada 26 November 2008. Presiden antara lain akan berada di Washington DC, AS, (14 - 15 November) untuk menghadiri pertemuan G-20 (Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, AS, dan Uni Eropa). G-20 memiliki 85 persen dari total produksi domestik bruto dunia (sekitar 60 triliun dollar AS), dan memiliki dua pertiga dari populasi global.
Akan menelepon Obama
Menurut jubir Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal, di AS, Presiden akan menelepon Presiden AS terpilih Barack Obama. Tim Obama sudah memberi jadwal bagi Presiden Yudhoyono untuk menelepon. Namun, waktu yang diberikan belum disetujui Presiden Yudhoyono.
Di G-20 Presiden akan mendorong terwujudnya lembaga pendanaan global yang dapat membantu negara-negara berkembang yang terimbas krisis keuangan global. Pembentukan lembaga tersebut merupakan salah satu dari tiga usulan utama pemerintah Indonesia.
Tujuannya adalah meminimalisasi dampak krisis keuangan global, khususnya bagi negara-negara berkembang. Dua langkah utama lainnya adalah penguatan kepercayaan di sektor keuangan serta langkah bersama untuk melindungi sektor riil sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa mengatakan, Presiden Yudhoyono memberikan arahan khusus kepada jajaran kabinet. ”Arahan itu antara lain supaya APBN dijalankan dengan tepat dan cepat. Penyaluran dana jangan sampai terkendala,” kata Hatta.
Arahan lain, proyek infrastruktur harus dipastikan bisa dijalankan tepat waktu karena menyerap banyak tenaga kerja dan bisa memberikan stimulus di sektor riil. Presiden, lanjut Hatta, juga mengingatkan agar para menteri yang terkait dengan sektor riil diminta benar-benar menjalankan tugas. Misalnya, jika ada kendala dalam investasi, hal itu harus segera diselesaikan. ”Presiden minta hal seperti itu jangan didiamkan agar tidak ada hambatan dan agar dana investasi mengalir cepat,” kata Hatta. (reuters/mon/joe/faj/inu/har)
0 comments:
Post a Comment