e-Prostitution
Di sela perkembangan teknologi informasi dan keragaman bisnis internet, hampir segala sendi bisnis nyata termasuk prostitusi turut meramaikan trafic web di dunia maya ini. Bisnis yang mengandalkan wanita dan kenikmatan seks tersebut seakan tidak mau ketinggalan, sejalan dengan lika-liku sejarah prostitusi itu sendiri. Bukan rahasia lagi dan tentu saja setiap pengguna internet pasti pernah mendapati situs-situs yang menawarkan jasa kenikmatan. Apalagi situs-situs tersebut cenderung memanfaatkan jasa teknologi periklanan maya untuk mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin, dan tak jarang yang menyebarkan informasi dengan cara “black marketing” melalui spamer atau perangkat lunak lain yang memang diciptakan untuk tujuan itu.
Dengan semakin mudahnya fasilitas yang disediakan oleh internet, maka bisnis prostitusi di dunia maya pun berkembang pesat. Para pelanggan juga menjadi semakin dipermudah. Ketik saja “cewe bispak” di mesin pencari maka deretan situs yang menawarkan jasa seks akan muncul hanya dalam hitungan detik. Owner situs pun beragam. Mulai dari situs blogger personal, web yang terorganisisr, hingga yang mendompleng di situs yang mengekspose profile anggotanya, atau milis yang khusus membahas tentang layanan prostitusi. Misalnya dalam sebuah situs profile, ketik saja “sex” di kolom “interest” di halaman pencarian, hasilnya ratusan profile menyebutkan interest terhadap sex bahkan tidak sedikit yang terang-terangan mematok harga dan ada juga yang interest sex hanya untuk bersenang-senang, just for fun. Setelah mendapatkan situs dengan penawaran yang diinginkan, pelanggan tinggal mengikuti instruksi untuk mendapatkan “pesanan” yang sesuai.
Kasus prostitusi di internet yang berhasil dibongkar oleh Satuan Unit Cyber Crime Dirkrimsus Polda Metro Jaya baru-baru ini boleh dibilang prestasi, kenyatannya praktek prostitusi dengan memanfaatkan teknologi informasi sudah jauh berkembang sejak awal diperkenalkannya internet ke khayalak dunia. Bagaimanapun, kehidupan maya di internet tidaklah berbeda jauh dengan keadaan nyata. Bahkan peradaban maya cenderung lebih maju, seiring dengan pengembangan teknologi dan imajinasi manusia yang tidak terbatas. Dan prostitusi, layaknya sebagai penyimpangan sosial merupakan bagian dari dampak negatif atas kebebasan aliran informasi yang semakin lama semakin tak terbendung. Di dunia virtual, lingkungan sosial cenderung berkembang lebih luas dan cepat. Masyarakat virtual bisa saling berinteraksi kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja. Barangkali peluang itulah yang di incar oleh para pelaku bisnis prostitusi untuk meraup keuntungan yang besar dengan modal kecil. Faktanya, hampir segala bisnis yang ada bisa di aplikasikan di internet dengan hasil yang cukup memuaskan.
Di luar semua itu, dengan melihat beragam profile wanita yang menjajakan kenikmatan, sepertinya ada sedikit perbedaan terkait dengan motif yang mendorong mereka melakukan itu antara kehidupan faktual dengan virtual. Jika secara faktual para penjaja seks menjalani profesinya lebih dikarenakan tekanan ekonomi, maka lain halnya di dunia virtual. Kebanyakan wanita muda yang menawarkan seks kepada para pengguna internet lebih karena gaya hidup, kebutuhan, tuntutan komunitas, tidak sedikit yang hanya sekedar bersenang-senang, dan tidak banyak yang bermotif tuntutan ekonomi. Berani mencoba? resiko ditanggung penumpang.
0 comments:
Post a Comment